Cerita
ini sebuah dongeng pada jaman dahulukala yang menceritakan tentang seorang
bapak, ibu, dan anaknya, mereka tinggal di sebuah rumah yang di kelilingi
tanaman buah-buhan.
Untuk
lebih jelasnya akan saya ceritakan dongeng cerita di bawah ini sob tentang si
jaka
dan
ambil moal dari cerita ini.
senja
mulai menyapa, pak jaka, istri, serta seorang anaknya, duduk bersantai di halaman
rumahnya. Sebuah rumah yang asri dengan berbagai tanaman buah di sekelilingnya,
seperti tebu, pisang dan rambutan.
“hasil
tanaman kita cukup berlimpah, bagaimana kalau kita jual ke pasar?” tanya pak
jaka kepada istrinya.
“alangkah
bagusnya ide itu, pak! Kita isa berbelanja apapun di pasar nanti.” Istrinya setuju
dengan niat pak jaka. Mendengar obrolan bapak dan ibunya, si jaka menimpali
omongan orang tuanya sambil memegang lutut.
“kalau
ibu pergi ke pasar, tolong aku belikan sepatu putih, ya?” pinta anak laki-laki
berumur 12 tahun itu dengan manja.
“jangan
khawatir, nanti ayah belikan sepatu, baju, dan celana baru, asalkan mau sekolah
besok,” kata ayahnya. Si jaka sangat senang dan berjanji akan pergi ke sekolah.
“jika
kita bisa pergi besok, siapa yang menunggu rumah ini?” tanya pak jaka
“ayah
jangan risau, jaka sudah besar, tentu dia mau menjaga rumah ini.”
“kalau
begitu, baiklah! Subuh nanti tanaklah nasi, goreng ikan bilis atau ikan asin
untuk bekal, tetapi jangan lupa tinggalkan untuk si jaka,” kata pak jaka.
Baca juga:
Pagi-pagi
sekali ibunya jaka telah siap membungkus nasi dengan daun lipai. Lauknya goreng
ikan bilis serta ikan asin. Ketika hari menjelang malam, si jaka mendengar daun
tebu berdesau. Dia bangkit sambil menghela sebilah parang panjang, lalu
melompat ke pintu, dan turun ke tanah. Tetapi, tak ada siapa pun di luar rumah.
Daun tebu di kiri rumahnya berdesau lagi. Si jaka memandang ke arah suara,
nampak sekelebat bayangan binatang. Dengan tak sadar, dia melompat lagi, lalu
mencincang leher binatang itu, sehingga binatang itu tumbang dan mati. Si jaka
menyangka itu rusa atau kijang. Dia terkejut bercampur gembira, karena ternyata
ia telah membunuh seekor harimau.
Kemudian,
harimau itu di tariknya kehalaman dan di tangkupkannya menghadap pintu pagar. Jaka
naik kerumah, karena hari mulai gelap, suasana di sekeliling sunyi senyap. Di rumah
gelap gulita, tetapi pelita tak di pasang oleh si jaka.
Sorenya,
terdengar suara kiyuuuuut! Bunyi pintu pagar di buka. Pak jaka datang. Lalu ia
berteriak kepada si jaka, tetapi tak ada sahutan. Hatinya bimbang, rumah gelap
tak berlampu. Dia berteriak lagi. Bu jaka memanggil-manggil anaknya sambil
terisak, tetapi sedikitpun tak ada jawaban. Tiba-tiba pak jaka melihat harimau
terduduk di halaman. Pak jaka melompat sambil menikam harimau itu dengan
kerisnya.
“matikah
anakku dengan harimau ini? Matilah kamu hai binatang!” dengan geramnya, harimau
itu di tikamnya berkali-kali. Tak lama kemudian, si jaka membuka pintu
rumahnya.
“ada
apa, ayah?” kata si jaka. Ayahnya terperangah melihat si jaka, sedangkan bu
jaka menangis sambil memeluk anaknya.
“Bu,
jangan menangis, anak ibu ini seorang jagoan. Harimau itu telah mati aku
cincang, lihat lehernya hampir putus,” ucap si jaka.
“mana
sepatu barunya, bu?” kata si jaka lagi. Akan tetapi, bu jaka tak tahu lagi di
mana letak pesanan anaknya itu. Barang-barang dalam bakulnya berhamburan di
tanah. Kemudian mereka bertiga naik ke rumah. Keesokan harinya, harimau itu di
kulit dan di bawa ke pasar. Ternyata kulit harimau tersebut laku dengan harga
tinggi. Si jaka tidak saja dapat sepatu baru, tetapi dapat pula membeli sepeda.
Pesan moral
cerita di atas
Kita harus patuh kepada kedua orang tua. Jangan memiliki keberanian membela diri dan menjaga amanah orang tua. Perilaku yang baik akan membawa kesenangan dan kebahagiaan di kemudian hari.
Belum ada tanggapan untuk "cerita dongeng si jaka asal dari Riau "
Post a Comment