Friday, December 1, 2017

cerita dongeng si jaka asal dari Riau

Cerita ini sebuah dongeng pada jaman dahulukala yang menceritakan tentang seorang bapak, ibu, dan anaknya, mereka tinggal di sebuah rumah yang di kelilingi tanaman buah-buhan.

Untuk lebih jelasnya akan saya ceritakan dongeng cerita di bawah ini sob tentang si jaka
dan ambil moal dari cerita ini.

 cerita dongeng si jaka asal dari riau   
senja mulai menyapa, pak jaka, istri, serta seorang anaknya, duduk bersantai di halaman rumahnya. Sebuah rumah yang asri dengan berbagai tanaman buah di sekelilingnya, seperti tebu, pisang dan rambutan.

“hasil tanaman kita cukup berlimpah, bagaimana kalau kita jual ke pasar?” tanya pak jaka kepada istrinya.

“alangkah bagusnya ide itu, pak! Kita isa berbelanja apapun di pasar nanti.” Istrinya setuju dengan niat pak jaka. Mendengar obrolan bapak dan ibunya, si jaka menimpali omongan orang tuanya sambil memegang lutut.

“kalau ibu pergi ke pasar, tolong aku belikan sepatu putih, ya?” pinta anak laki-laki berumur 12 tahun itu dengan manja.

“jangan khawatir, nanti ayah belikan sepatu, baju, dan celana baru, asalkan mau sekolah besok,” kata ayahnya. Si jaka sangat senang dan berjanji akan pergi ke sekolah.

“jika kita bisa pergi besok, siapa yang menunggu rumah ini?” tanya pak jaka

“ayah jangan risau, jaka sudah besar, tentu dia mau menjaga rumah ini.”

“kalau begitu, baiklah! Subuh nanti tanaklah nasi, goreng ikan bilis atau ikan asin untuk bekal, tetapi jangan lupa tinggalkan untuk si jaka,” kata pak jaka.



Baca juga: 


Pagi-pagi sekali ibunya jaka telah siap membungkus nasi dengan daun lipai. Lauknya goreng ikan bilis serta ikan asin. Ketika hari menjelang malam, si jaka mendengar daun tebu berdesau. Dia bangkit sambil menghela sebilah parang panjang, lalu melompat ke pintu, dan turun ke tanah. Tetapi, tak ada siapa pun di luar rumah. Daun tebu di kiri rumahnya berdesau lagi. Si jaka memandang ke arah suara, nampak sekelebat bayangan binatang. Dengan tak sadar, dia melompat lagi, lalu mencincang leher binatang itu, sehingga binatang itu tumbang dan mati. Si jaka menyangka itu rusa atau kijang. Dia terkejut bercampur gembira, karena ternyata ia telah membunuh seekor harimau.

Kemudian, harimau itu di tariknya kehalaman dan di tangkupkannya menghadap pintu pagar. Jaka naik kerumah, karena hari mulai gelap, suasana di sekeliling sunyi senyap. Di rumah gelap gulita, tetapi pelita tak di pasang oleh si jaka.

Sorenya, terdengar suara kiyuuuuut! Bunyi pintu pagar di buka. Pak jaka datang. Lalu ia berteriak kepada si jaka, tetapi tak ada sahutan. Hatinya bimbang, rumah gelap tak berlampu. Dia berteriak lagi. Bu jaka memanggil-manggil anaknya sambil terisak, tetapi sedikitpun tak ada jawaban. Tiba-tiba pak jaka melihat harimau terduduk di halaman. Pak jaka melompat sambil menikam harimau itu dengan kerisnya.

“matikah anakku dengan harimau ini? Matilah kamu hai binatang!” dengan geramnya, harimau itu di tikamnya berkali-kali. Tak lama kemudian, si jaka membuka pintu rumahnya.

“ada apa, ayah?” kata si jaka. Ayahnya terperangah melihat si jaka, sedangkan bu jaka menangis sambil memeluk anaknya.

“Bu, jangan menangis, anak ibu ini seorang jagoan. Harimau itu telah mati aku cincang, lihat lehernya hampir putus,” ucap si jaka.

“mana sepatu barunya, bu?” kata si jaka lagi. Akan tetapi, bu jaka tak tahu lagi di mana letak pesanan anaknya itu. Barang-barang dalam bakulnya berhamburan di tanah. Kemudian mereka bertiga naik ke rumah. Keesokan harinya, harimau itu di kulit dan di bawa ke pasar. Ternyata kulit harimau tersebut laku dengan harga tinggi. Si jaka tidak saja dapat sepatu baru, tetapi dapat pula membeli sepeda.


Pesan moral cerita di atas

Kita harus patuh kepada kedua orang tua. Jangan memiliki keberanian membela diri dan menjaga amanah orang tua. Perilaku yang baik akan membawa kesenangan dan kebahagiaan di kemudian hari.

No comments:

Post a Comment